Pasti! Baik-Baik Saja


Tak ku duga ataupun disangka,sebagian waktu memang sudah berlalu. Sepi dalam jiwa menuntun kaki tuk melangkah. Menapaki setiap jengkal dalam kehidupan. Selamanya memang kita tidak diperuntukkan di dunia ini. Kita sering menyadari itu. Namun kenapa banyak pula dari kita lupa. Banyak dari kita sering menutup telinga maupun mata. Kita lupa kalau kita punya Allah. Kita lupa akan keberadaan-Nya. Mari kita merenungi itu semua bersama.
Kawan, ketika kita menangis sendiri, ketika kita butuh kawan untuk menemani kita, ketika kita kecewa ataupun hal yang membuat kita bersedih dalam hari-hari kita. Namun dari kejadian itu kita lupa bawasannya ada Allah yang selalu mensupport kita, ada Dia yang mau menolong kita, ada Dia yang selalu di dekat kita.

Kawan, marilah kita banyak-banyak istighfar, mengingat terus akan kasih Sayang-Nya kepada kita. Dia sayang kita lantaran masalah-masalah yang menerjang kita. Dia tahu kalau kita mampu menjadi baik menurut-Nya. Dia inginkan kita supaya dapat lebih baik kedepannya. Mari kita merenung kembali atas kejadian-kejadian dalam kehidupan kita ini. Yang berlalu, biarlah jadi cerita kehidupan kita. Yang baik kita jadikan pelajaran dan yang belum baik kita jadikan pengalaman.

Semua manusia pada dasarnya dan pasti menginginkan kebahagiaan. Namun, kebahagiaan itu tak bisa jika kita langsung menerimanya sekaligus. Harus ada rintangan yang semestinya kita lalui. Entah itu yang muncul dari lingkungan sanak famili maupun lingkungan baru kita termasuk kawan-kawan kita.

Linglung, bingung, kosong, yang mungkin seperti itulah rasa yang ku alami hari-hari kini. Ucapan yang pernah didengar pada masa lalu terus membayangiku. Kejadian yang semestinya dapat terlupakan olehku pula. Kepercayaan yang pernah ku tanamkan seperti tiada pernah punya arti. Pernah ku perjuangkan kembali namun tak pernah ia pandang sekalipun. 

Ini tentang seorang kawan. Bersamanya seakan hanya semenit namun berarti. Kebahagiaan yang amat disyukuri ketika bisa menjadi salah seorang dari kawannya. Namun kebahagiaan itu seakan telah runtuh. Kesedihan yang sungguhlah merampas waktu untuk mengabaikannya. Diri sangatlah tak punya daya selain hanya bisa berpasrah. Masihkah ku bisa pertahankan? Tuhan telah memasukkan diri ini pada dunianya, akankah dengan mudah aku melepas nikmat yang Tuhan beri. Sungguh amat berat tak menghiraukan itu semua.

Kelinglunganku seakan sulit dihentikan. Menyentuh kehidupannya seakan tak dapat ku dapati kembali. Tak mudah ku dapat memahami dari setiap perlakuan yang ia lakukan terhadapku. Diri ini mungkin memanglah tak dapat atau tak pernah mengerti sepenuhnya tentang dirinya atas sikapnya. Ketika kebanyakan dari mereka berbahagia dengan rasa gejolak cinta terhadap lawan yang mereka sukai, diri ini mungkin bisa memahami hal itu. Namun bukan tujuan diri ini dapat pula merasa dari apa yang mereka rasa. 

Kebahagiaan memang tidak dapat kita ciptakan atau buat. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok, lusa , bulan depan maupun lima tahun yang akan datang. Satu hal yang semestinya kita selalu ingat, yaitu Allah. kita punya Dia. Jika kita mau berfikir positif dari apapun yang ada di depan kita, Insya Allah semua dan kedepannya akan baik-baik saja dan selalu kita ingat serta tanam "SEMUA BAIK-BAIK SAJA"




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Entah Sampai Kapan